Jakarta, Tonenews - Di tengah gelombang demonstrasi yang terus berlanjut dan ketegangan politik yang meningkat, ramalan pria indigo Hard Gumay kembali menjadi sorotan publik di media sosial.
Ramalan tersebut disampaikan setahun lalu dan kini viral di berbagai platform. Banyak pihak menilai terawangan itu seolah menjadi kenyataan, mengingat kejadian yang terjadi saat ini. Aksi demonstrasi yang dimulai sejak 25 Agustus 2025 telah menimbulkan korban jiwa dan menimbulkan kebakaran di sejumlah fasilitas umum, termasuk gedung penting dan halte Transjakarta.
Dalam sebuah video TikTok yang diunggah oleh akun @trendberitaviral, Hard Gumay menjelaskan isi ramalannya. "Ada api besar... ini Pulau Jawa, lalu masuk Pulau Jawa berarti Banten, Jakarta, Jawa Barat, DKI... Jakarta, DKI, api besar berkobar," ucap Hard Gumay. Kejadian yang diungkapkan dalam terawangan itu mirip dengan pembakaran halte Transjakarta dan fasilitas umum lainnya di tengah aksi unjuk rasa. Hard Gumay juga menyinggung akan adanya bangunan besar yang terbakar.
"Bukan satu bangunan, tapi banyak bangunan luas. Bangunan besar, tinggi," lanjutnya.Ia menambahkan bahwa bangunan-bangunan tersebut berkaitan dengan kepentingan negara dan pemerintahan. Selain demonstrasi dan kebakaran, Hard Gumay sempat meramal adanya upaya kudeta, namun ditegaskannya, upaya itu tidak akan berhasil.
Spekulasi pun bermunculan di masyarakat yang mengaitkan ramalan tersebut dengan situasi politik terkini.Hard Gumay selalu menekankan bahwa ramalannya hanyalah penerawangan dan tidak bisa dijadikan acuan mutlak.Kebenaran ramalan ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah dan masyarakat diimbau menyikapinya secara bijak.
Gelombang demonstrasi yang terjadi sejak akhir Agustus 2025 merupakan puncak dari akumulasi kekecewaan publik terhadap pemerintah dan parlemen.Isu awalnya berpusat pada gaji dan tunjangan anggota DPR yang dianggap berlebihan, kemudian meluas menjadi tuntutan reformasi di berbagai sektor.25 Agustus 2025 Ribuan massa dari beragam elemen, termasuk mahasiswa dan aktivis, memadati Gedung DPR di Jakarta. Mereka menuntut pembubaran DPR serta transparansi gaji dan tunjangan anggota dewan.
Aksi yang awalnya damai berakhir ricuh, memaksa aparat kepolisian membubarkan massa dengan water cannon dan gas air mata. 28 Agustus 2025 Protes berlanjut, kali ini dipimpin oleh buruh yang menuntut penghapusan outsourcing, kenaikan upah, dan penghentian PHK massal. Aksi ini berlangsung serentak di kota-kota industri besar seperti Surabaya, Bandung, dan Makassar. 29 Agustus 2025 Kemarahan publik mencapai puncaknya setelah seorang pengemudi ojek online bernama Affan Kurniawan tewas terlindas kendaraan taktis Brimob di Pejompongan, Jakarta.
Kematian Affan memicu kemarahan nasional dan mengalihkan tuntutan dari DPR menjadi seruan reformasi aparat kepolisian. Ribuan ojol dan mahasiswa turun ke jalan, mengepung Markas Brimob dan Polda Metro Jaya.30 Agustus 2025 Aksi anarkis meluas hingga ke daerah lain. Di Makassar, gedung DPRD setempat dibakar hingga menimbulkan korban jiwa. Di Jakarta, rumah beberapa anggota DPR menjadi sasaran amukan massa, termasuk kediaman Ahmad Sahroni di Tanjung Priok yang dirusak dan dijarah.
Situasi diperparah oleh pernyataan kontroversial anggota DPR, Ahmad Sahroni, yang menyebut desakan pembubaran DPR sebagai "mental orang tolol sedunia." Pernyataan tersebut dianggap meremehkan penderitaan rakyat dan memanaskan suasana. Presiden Prabowo Subianto menyampaikan pernyataan resmi, mengakui hak masyarakat menyampaikan pendapat namun mengancam tindakan tegas terhadap perusakan dan penjarahan fasilitas umum. Beberapa partai politik, termasuk NasDem, menonaktifkan anggotanya yang terjerat kasus terkait kerusuhan. Gelombang demonstrasi ini mencerminkan kekecewaan publik terhadap kondisi ekonomi, kebijakan yang dianggap tidak populis, dan perilaku elit politik yang dinilai tidak peka.(*)


fafafaf
BalasHapus